Kalau dinikmati, waktu memang terasa begitu cepat. Tak terasa kami pun sudah tiba di penghujung destinasi dalam perjalanan darat 42 hari ini. Dieng , yang biasa dikenal dengan negeri di atas awan, menjadi destinasi akhir dalam perjalanan kali ini. Apakah Dieng akan menjadi penutup yang manis atau paling tidak bisa menjadi pelipur lara kekecewaan akan Karimun Jawa?
Setelah dari Malang, kami pun lanjut ke Jepara. Setibanya di Jepara, kami segera mengurus pembelian tiket kapal menyebrang ke Karimun Jawa untuk keesokan harinya. Sudah tak sabar rasanya. Karimun Jawa seperti menjadi salah satu lokasi wisata yang wajib dikunjungi di tanah Jawa. Cuaca biasanya menjadi penentu utama akan bagus atau tidaknya hasil sebuah foto. Karena cuaca yang kurang baik alias mendung, kami batal mampir ke air terjun Madakaripura. Kami pun kemudian beristirahat di Bromo sebelum melanjutkan perjalanan ke area Batu, Malang. Bagi sebagian banyak orang, termasuk mungkin kamu yang sedang membaca cerita ini, Bromo mungkin sudah bukan hal yang “wah” lagi. Sudah pasaran, mungkin seperti itu istilahnya. Begitu pun dengan kami. Ini bukan kunjungan kami yang pertama di Bromo. Ko Agus pernah ke Bromo beberapa kali sebelumnya. Saya pun dulu pernah ke sana sekali ketika baru saja selesai tugas di Indonesia Mengajar.
Saya yakin, Bromo buat kebanyakan orang yang pernah berkunjung ke sana identik dengan beberapa hal ini: menyaksikan matahari terbit di Pananjakan, padang pasir, kawah Gunung Bromo itu sendiri, bukit teletubbies, pasir berbisik, atau mungkin kuda. Ya, saya tak memungkiri memang itu adalah daya tarik utama dari Bromo. Tapi, Bromo tak melulu hanya soal hal-hal tadi. Saya pun tidak akan berpikir seperti itu seandainya cuaca hari itu baik-baik saja. Setelah dari Taman Nasional Baluran, kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan Kawah Ijen. Sekitar tengah hari kami tiba di Arabica, homestay tempat kami menginap. Hanya ada sedikit pilihan tempat menginap bila hendak ke Kawah Ijen. Salah satunya adalah Arabica homestay. Arabica memiliki beberapa jenis kamar, mulai dari yang seperti asrama untuk backpacker hingga yang memiliki bathtub di kamar mandinya.
Keesokan harinya, kami bangun lebih awal untuk hunting foto di jalur birdwatching yang sudah tersedia, tidak jauh dari penginapan kami di Pantai Bama. Banyak bunyi burung terdengar di kejauhan. Kami pun terus mengikuti jalur ke arah dalam. Kami melihat beberapa burung rangkong di puncak pepohonan. Ada yang sendiri di satu pohon, ada juga yang berkerumun di pohon yang sama. Untuk beberapa saat, rasanya saya terkesima dengan pemandangan tersebut, sampai-sampai saya lupa akan kehadiran nyamuk-nyamuk ganas yang sedari tadi mengikuti dan berusaha minum darah kami. Hehe...
“Welcome to Baluran. Complete your adventure.”
Spanduk ini menyambut kami di loket pembelian tiket. Kami sudah tidak sabar melihat seperti apa isi Taman Nasional Baluran yang disebut-sebut sebagai Africa van Java ini. Ngaben yang saya maksud di sini bukanlah nama tempat atau lokasi wisata tertentu. Dan sepertinya memang tidak ada juga lokasi wisata bernama Ngaben di Indonesia. Ya, Ngaben ini adalah adat tradisi di Bali yang pasti sudah sering kita dengar ketika masa sekolah dasar dulu. Ngaben merupakan upacara kematian yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali.
Untuk kalian yang gemar jalan-jalan, biasanya kalau mendengar “Pulau Menjangan”, maka yang pertama terbersit adalah Karimun Jawa, di Jawa Tengah. Betul apa betul? Memang nanti kami juga akan bercerita soal kami ngubeg di Karimun, tapi kali ini kami masih berada di Pulau Bali. Dan menyambung tulisan sebelumnya, kegiatan ngubeg di Pulau Menjangan Bali ini adalah salah satu favoritku.
Hari ini Ko Agus mengajak saya untuk hunting foto di Bali Butterfly Park. Karena yang akan kami foto adalah kupu-kupu, maka kali ini kami berburu foto makro. Awalnya, lagi-lagi saya tidak tahu ada tempat seperti Bali Butterfly Park. Ternyata, taman kupu-kupu ini merupakan tempat rekreasi yang layak untuk dikunjungi jika anda sedang berada di Pulau Bali.
Selain pantai, Bali juga punya tempat menarik lainnya. Kali ini kami pergi ke sawah di Jatiluwih. Mungkin teman-teman bingung apa yang menarik dari sawah. Kalau sawah pada umumnya, mungkin memang biasa saja. Tapi sawah di Jatiluwih ini dilindungi oleh UNESCO loh.
|
Archives
July 2016
Categories
All
|