Kami menginap semalam di Tumpang untuk istirahat setelah turun dari Semeru kemarin. Hari ini kami sudah harus berangkat lagi. Ya, seperti ini lah perjalanan darat kami. Kami mencoba menggunakan waktu dengan baik. Lalu setelah ini, kami akan ngubeg-ngubeg di mana? Setelah turun dari Gunungnya para dewa, kini kami melaju ke Pulaunya para dewa, Bali. Tadinya kami berencana untuk ke Kawah Ijen dulu. Tapi dengan kaki yang masih terasa sangat pegal, jadwal harus sedikit kami ubah menyesuaikan dengan kondisi kami sendiri. Kawah Ijen baru akan kami kunjungi setelah arah kembali dari Bali. Ya, jadi Bali adalah destinasi kami berikutnya. Dari Tumpang kami langsung menuju pelabuhan Ketapang di Banyuwangi lalu menyeberang menggunakan kapal Ferry ke pelabuhan Gilimanuk di Bali. Kami tiba di Pelabuhan Ketapang lewat dari sebelas malam. Penyeberangan dari Ketapang ke Gilimanuk hanya sekitar satu setengah jam. Yang tidak bisa diperkirakan waktunya adalah ketika mengantri masuk ke dalam Ferry. Lama antrian tentu tergantung sebanyak apa mobil, truk, dan sepeda motor yang mengantri. Lagi-lagi kami kembali beruntung. Baru masuk antrian, ternyata sudah bisa langsung masuk ke dalam kapal. Kami melanjutkan istirahat di dalam mobil. “TOTTTTTT!” Bunyi klakson kapal ini dibunyikan. Tanda kapal akan segera merapat. Saya pun terbangun. Tak butuh waktu lama hingga kapal merapat dan pintu kapal terbuka. Satu per satu kendaraan pun mulai keluar dari Ferry hingga tiba giliran mobil kami. Akhirnya, kami tiba juga di Pulau Dewata. Namun, sebelum keluar dari pelabuhan, selalu ada pemeriksaan KTP. Oleh karena itu, bila kalian hendak menggunakan jalur laut, pastikan kalian membawa KTP. Terkadang bila berbarengan dengan acara akbar yang sedang atau akan berlangsung di Bali, maka pemeriksaan akan menjadi lebih ketat. Selesai pemeriksaan KTP, kami langsung menuju Denpasar kurang lebih sudah hampir subuh. Hari itu kami istirahat seharian untuk memulihkan kebugaran tubuh kami. Jadwal di Bali pun perlu diubah demi menyesuaikan kondisi tubuh yang masih lelah dan pegal-pegal ini. Tempat-tempat yang mudah dicapai dan tidak melelahkan akan dikunjungi lebih dulu. Oleh karena itu, esok harinya kami mengunjungi Bali Bird Park terlebih dahulu dari pagi hari. Kami sudah tiba di Bali Bird Park pukul delapan pagi. Ternyata kami tiba tepat waktu. Masih ada waktu untuk melihat isi Bali Bird Park sebelum menonton pertunjukan-pertunjukan yang sudah disediakan. Seperti apa sih koleksi burung-burung yang tersedia di sini? Mari kita lihat di bawah ini. Nah, ketika jam pertunjukan sudah mau mulai, kami bergegas menuju lokasi yang sudah ditentukan. Ada beberapa pertunjukan yang sangat menarik. Bali bird park rasanya bukan hanya tempat untuk anak-anak. Saya sendiri sangat menikmati tempat ini. Banyak interaksi langsung yang bisa dilakukan dengan sekitar 250 jenis burung yang tersedia di tempat ini. Tempat ini begitu informatif dan para “ranger” yang bertugas pun sangat ramah dalam menjawab setiap pertanyaan kami. Ada beberapa pertunjukkan yang kami tonton, seperti Papua Rainforest Feeding, Pelican Feeding, Basic Instinct, Bali Rainforest, Guyu-guyu Corner, dan 4D Cinema. Kalau boleh memilih, yang paling tidak kami rekomendasikan kecuali anda membawa anak kecil adalah 4D Cinema. Lalu, untuk yang paling saya rekomendasikan adalah…. Apa ya? Agak sulit menentukan antara Basic Instinct dan Bali Rainforest. Tapi, saya lebih menikmati pertunjukan Bali Rain Forest di mana pertunjukan dibuat lebih interaktif dan menyenangkan untuk ditonton. Seperti apa sih pertunjukan-pertunjukannya? Yuk, lihat di foto-foto berikut ini. Gimana? Seru kan? Nah ada beberapa hal yang perlu diingat nih kalau mau mengunjungi tempat ini. Saran saya sih jangan pakai pakaian yang bagus sekali. Loh, kenapa? Soalnya burung-burung ini kan tidak bisa kita atur ya pola buang hajatnya. Beberapa kali kami bertemu pengunjung yang kaget karena burung buang hajat di atas baju mereka. Hehehe… Ya, paling tidak, selalu bawa baju ganti ya untuk jaga-jaga. Nah, setelah puas di Bali Bird Park, kami masuk ke rumah reptil yang ada di samping pintu masuk Bali Bird Park. Harga tiket masuk memang sedikit mahal, tapi itu karena sudah termasuk dengan Rumah Reptil. Belum lagi sejumlah pertunjukan yang benar-benar menghibur. Nah, untuk yang memiliki phobia dengan ular dan sejenisnya, lebih baik dilewatkan saja foto-foto kami di bawah ini ya. Hehehe.. Waktu pun berlalu dengan cepat. Kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot untuk menikmati matahari terbenam. Kami tiba terlalu cepat saat itu. Jadi masih sempat berkeliling di sekitaran Tanah Lot. Sebagai salah satu “landmark” di Pulau Bali, Tanah Lot tidak pernah sepi pengunjung. Baik turis dari dalam, maupun dari luar, semuanya tumpah ruah menikmati tempat ini. Saking ramainya, sampai-sampai selalu diumumkan untuk terus berhati-hati akan barang bawaan anda. Ah, saya terlalu lama bercerita. Silahkan, berikut adalah pemandangan dan juga momen yang berhasil kami tangkap selama di Tanah Lot. Beruntung sekali cuaca mendukung saat itu. Rasanya saya sudah lama tidak menikmati matahari terbenam. Selamat menikmati. (NE) |
Archives
July 2016
Categories
All
|