Badan ini terasa lelah karena seharian kemarin asyik bertualang di Sungai Citumang dan juga Cukang Taneuh. Belum ada tanda kehidupan dari kamar si pasangan bule dari Jerman. Mereka juga pasti kelelahan. Hari ini kami berjanji untuk berangkat bersama menuju Jogjakarta. Kami menawarkan tumpangan secara cuma-cuma pada mereka. Selain untuk menambah kawan, tentu perjalanan juga akan lebih menyenangkan bila bersama dengan lebih banyak orang. Tapi, kami masih ada agenda lain pada pagi ini tanpa mereka. Yang pertama mengunjungi Cagar Alam Pananjung. Lalu menjemput teman kami, Edhy. Kami pergi ke Cagar Alam pada pagi hari. Sesampainya di parkiran, kendaraan kami langsung disambangi oleh pemandu lokal. Maka dimulailah proses tawar menawar untuk menemani kami mengelilingi kawasan Cagar Alam tersebut. Setelah sepakat masalah harga, maka kami masuk ke dalam sambil berharap bisa mendapat foto yang bagus. Baru beberapa langkah masuk dari pintu gerbang, kami sudah didatangi oleh segerombolan monyet yang tampaknya selalu lapar dan hendak meminta makan pada kami. Tapi kami berlalu begitu saja. Tiba-tiba di depan kami, di lapangan berumput yang cukup luas, lewat sekelebat sosok anggun yang baru saja terbang rendah dan mendarat. Burung merak jantan! Sayang sekali, kami tidak sempat mengambil momennya. Hanya dalam sekejap kemudian ia terbang kembali ke pepohonan dan menghilang dari pandangan kami. Momen indah yang tertangkap oleh mata kali ini terlewat oleh kamera kami. Kami jadi berharap bisa bertemu kembali dan memotret si burung merak ini. Maka kami melanjutkan perjalanan ke dalam. Ada banyak gua di sini. Namun hanya sedikit yang menurut kami menarik, yakni gua yang luas di dalamnya dan pernah digunakan sebagai tempat pengungsian sementara ketika terjadi bencana Tsunami beberapa tahun silam di daerah ini. Di dalam gua ini juga tinggal dua ekor landak beserta sekelompok kelelawar berukuran kecil. Selain gua ini, lebih banyak gua kecil dan tidak ada apa-apa selain kotak sumbangan dan juga serakan sampah dari pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Ini membuat kami sedikit heran, kenapa di depan masing-masing gua disediakan kotak sumbangan dan juga dijaga oleh para pemandu lokal. Seakan-akan ada retribusi di luar retribusi resmi di gerbang tadi. Melanjutkan perjalanan, kami bertemu dengan sekumpulan kijang. Pemandu lokal bercerita bahwa saat ini merupakan musim kawin bagi kijang. Hal ini bisa dilihat dari penampilan kijang jantan. Mereka mendandani diri mereka dengan lumpur di sekujur tubuh dan semak serta dedaunan di tanduk mereka. Dengan cara tersebut, mereka berusaha menarik perhatian sang betina. Namun, meski terkesan jinak, kita tetap harus berhati-hati supaya tidak mengganggu daerah teritorial kijang tersebut. Karena harus menjemput Edhy yang menyusul kami dari Bandung, maka kami pun memutuskan untuk tidak berlama-lama di dalam Cagar Alam ini. Kami berjalan menuju gerbang. Ternyata di pohon besar dekat gerbang utama, tinggal sekelompok lutung hitam (Trachypithecus auratus). Di sini juga kami melihat ada seekor tupai ekor kuning (Jelarang / Ratufa bicolor) yang menarik. Ukuran badan dan ekor tupai ini jauh lebih besar dari rata-rata tupai pada umumnya. Jadi, kami mencoba mengambil foto mereka sebelum akhirnya kami benar-benar keluar dari Cagar Alam Pananjung. Cagar Alam Pananjung merupakan lokasi wisata yang menenangkan. Waktu terbaik untuk datang ke sini tentu di pagi hari ketika udara sangat segar dan sepi pengunjung lokal. Ketika siang, udara pun sebenarnya masih segar karena pepohonan yang rindang, namun tetap saja masih ada banyak pengunjung lokal yang merokok dengan tidak bertanggung jawab meski sudah ada tanda larangan merokok di berbagai tempat di dalam Cagar Alam ini. Informasi tambahan lainnya, pemandu di kawasan ini sudah terorganisir dan memang sudah disiapkan dengan informasi yang bermanfaat bagi kita untuk bisa mengenal lokasi ini lebih jauh. Sayang sekali kami tidak bertemu kembali dengan merak yang kami lihat tadi pagi. Sudah waktunya kami berpisah dengan Pangandaran. Matahari mulai terik dan kami pergi menjemput Edhy di terminal bus. Setelahnya, kami bertiga ditambah dengan Marius dan Nadine melanjutkan perjalanan bersama ke Jogjakarta, meninggalkan Pangandaran yang menjadi pembukaan manis dalam perjalanan kami ini. (NE)
|
Archives
July 2016
Categories
All
|