Sebelumnya, sudah dua hari berturut-turut kami bermain dengan gua-gua yang ada di sekitaran Jogja. Hari ini kami melanjutkan dengan edisi kuliner sambil berkeliling di pusat kota. Rencana kami hari ini sebenarnya mengunjungi Prambanan di sore hari hingga matahari terbenam. Tapi ternyata niat tersebut harus kami urungkan. Cuaca sudah mendung ketika kami masih menuju Prambanan. Benar saja, setibanya di parkiran area Candi Prambanan, gerimis pun menyambut kami. Akhirnya kami putuskan untuk tidak jadi berburu foto di Prambanan. Kami pun kembali ke penginapan sembari menunggu jam makan malam dan hujan reda. Begitulah nasib berburu foto di luar ruangan, kami menjadi sangat bergantung pada cuaca yang bagus dan cerah. Sembari menunggu jam makan malam tiba, kami bergantian keluar dari penginapan mengecek apakah cuaca sudah lebih baik. Sampai akhirnya hujan berhenti dan langit sudah cerah kembali. Kami pun memutuskan untuk berjalan kaki mencari makan di sekitar penginapan. Belum lengkap rasanya bila tidak makan di angkringan ketika sedang berada di Jogja. Kami makan di angkringan di samping rel kereta, dekat dengan stasiun Tugu. Mengingat porsinya yang super mini, saya makan dua bungkus nasi kucing dengan tambahan lauk pauk yang tersedia. Untuk minumnya, tentu saja kopi joss. Sudah ada yang pernah coba kopi joss? Itu loh, kopi yang dituang arang panas ke dalamnya. Iya, arang. Yang biasa dipakai buat bakar sate itu loh… Menurut saya, kopi joss ini terasa lebih kental daripada kopi yang biasa saya minum. Penyajiannya pun unik. Apalagi ketika melihat larutan kopi yang langsung mendidih dan bergolak ketika dimasukkan arang panas tersebut. Seusai mengisi tenaga, kami pun menyusuri jalan Malioboro yang legendaris itu sembari berburu foto. Jalanan Malioboro ramai saat itu. Banyak yang sedang nongkrong di angkringan pinggir jalan. Banyak juga yang berjalan kaki bersama rekan, sahabat, keluarga, bahkan pasangannya. Ada yang naik becak. Ada pula yang naik delman. Ramai, namun aman dan bersahabat. Seperti itulah kesan pertama saya ketika berada di sana. Banyak yang saya temui sepanjang jalan ini. Mulai dari grup musisi dengan menggunakan alat tradisional. Yang unik adalah, satu orang dari grup itu menari dengan gemulai sembari menghayati setiap alunan musiknya. Pria ini bahkan menari dengan jauh lebih gemulai daripada beberapa teman wanita yang saya kenal. Ada juga pedagang yang selalu semangat dalam menawarkan dagangannya. Ada pengemis tua yang sedang duduk di pinggir jalan sedang menanti yang niat bersedekah dengannya. Ada yang sedang ditato lengannya di pinngir jalan. Ada tukang becak yang sedang berjoget di atas becaknya sembari menunggu penumpang. Dan masih banyak lagi. Puas menyusuri Jalan Malioboro dan mendapatkan beberapa momen yang menarik, kami pun kembali ke penginapan. Sebenarnya belum benar-benar puas. Tapi apa daya, kaki ini seakan sudah meronta untuk istirahat di penginapan. Lagipula, besok kami akan melanjutkan perjalanan kami menuju daerah Pacitan. Sampai jumpa, Jogja. Kami pasti akan kembali lagi. (NE)
|
Archives
July 2016
Categories
All
|