Malang! Bukan “malang” dalam bentuk kata kerja, tapi “Malang” nama kota di Jawa Timur. Perjalanan dari Pantai Klayar ke Malang cukup menguras tenaga. Kami baru tiba di Malang pukul setengah dua dini hari. Untuk yang senang jalan-jalan, pasti setuju dengan pernyataan bahwa memiliki banyak teman di berbagai daerah akan membuat perjalanan menjadi jauh lebih mudah dan murah. Begitu pula dengan kami. Begini ceritanya, di Malang, kami dibantu oleh Keceng dan Anang, salah dua dari alumni Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan tiga. Mereka satu angkatan dengan saya dan Edhy. Saya bersyukur pada ikatan kekeluargaan yang erat di angkatan ini. Bukan suatu kebetulan juga bila Keceng juga mempunyai Kubu Adventure, tempat persewaan alat kemah yang sudah kredibel di Malang. Kami tentu menyewa peralatan kemah di Kubu selama perjalanan kami di Malang dan sekitarnya. Selain lengkap, pelayanannya juga memuaskan, dan dapat diskon pula. hehe.. Tak ketinggalan Anang. Jam setengah dua dini hari kami harus menelpon dan membangunkan Anang. Ia rela memotong waktu tidurnya untuk menjemput dan mengantar kami untuk istirahat di rumah Keceng. Sekarang sih mungkin sudah tidak bisa minta tolong seperti itu. Dia sudah jadi selebritis di ibukota. hehe… Sesampainya di rumah Keceng, kami pun istirahat sambil bercengkerama sejenak. Oh ya, Keceng tidak ada di rumahnya loh. Rumahnya jadi hanya kami yang menghuni. Serasa rumah sendiri. Makanya, punya lah banyak teman di mana-mana. Dan bukan yang cuma sekedar teman, tapi teman yang baik. Jadinya seperti kami ini, tidak perlu menginap di hotel karena memang kami hanya singgah sebentar saja. Jam sebelas siang kami berangkat untuk makan bakso. Setelah itu baru kami mengambil persewaan tenda dan lain-lain di Kubu. Kami bertiga (saya, Edhy, dan Ko Agus) merupakan pendaki amatir. Sebelumnya, Keceng dengan berbaik hati menjelaskan kepada kami peralatan apa saja yang kami butuhkan untuk mendaki. Oh ya, di Malang ini, tujuan kami ada dua, Pulau Sempu dan Puncak Mahameru. Kami menuju Sempu terlebih dahulu di daerah Sendang Biru. Sekitar pukul empat sore kami tiba di Sendang Biru. Kami memarkir mobil di sebuah warung, istirahat sejenak, lalu menurunkan peralatan dan bekal yang akan kami bawa untuk menginap di Sempu. Kami menyeberang menggunakan perahu sekitar sepuluh hingga lima belas menit. Kemudian dilanjutkan dengan trekking sekitar dua jam. Perjalanan trekking tidak sulit, hanya saja saat itu kondisi sudah gelap, jadi kami harus lebih berhati-hati dalam melangkah. Untuk yang baru pertama kali, tentu kami menyarankan menggunakan guide dalam mengantar supaya tidak salah jalan. Jangan lupa membawa headlamp bila hendak camping. Sangat berguna apalagi ketika perjalanan malam. Selain itu, waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini adalah musim kemarau. Ketika musim hujan, biasanya tanah menjadi liat dan licin. Perjalanan akan menjadi jauh lebih sulit. Kami pun tiba di pantai di mana sudah ada banyak tenda. Porter kami membantu kami mendirikan tenda untuk kami. Tapi kami tidak bisa tidur di dalam tenda karena gerah sekali. Kami akhirnya malah tidur beralaskan matras di luar tenda sembari menikmati angin sepoi-sepoi. Kami pikir kami rombongan terakhir yang tiba karena sudah malam. Ternyata ketika kami hendak tidur, masih ada rombongan yang baru tiba juga. Oh ya, ada beberapa info tambahan mengenai Sempu. Di sini tidak ada sumber air bersih. Jadi, bawalah bekal air minum yang cukup untuk perjalanan pergi dan pulang. Bawa bekal makanan juga secukupnya bila hendak berkemah. Tidak ada warung kopi atau tukang gorengan di dalam. Toilet pun tidak ada ya, teman-teman. Kalau kebelet, ya silahkan cari semak-semak dan menjauhi perkemahan. Ingat, mau ke mana-mana ya buddy system, jangan sendiri. Keselamatan selalu yang utama. Lagipula, tidak ingin kan pengalaman indah perjalananmu digantikan oleh berita duka. Ketika pagi tiba, kami pun bangun dan segera menanti matahari terbit. Sayang, cuaca belum berpihak pada kami. Tapi tidak apa. Pemandangan di Pulau Sempu ini sangat luar biasa. Di pantai tempat kami berkemah, ada seperti tembok yang mengelilingi dari ganasnya ombak laut lepas. Pantainya menjadi seperti ruang isolasi yang benar-benar ideal untuk dikunjungi. Tapi di balik tembok, ombaknya tidak main-main. Tebingnya pun tinggi sekali. Coba lihat foto di bawah ini kalau tidak percaya. Yah, kami memang tidak bisa berlama-lama di Sempu. Selesai mengabadikan beberapa gambar pagi itu, kami segera masak mi instan untuk sarapan dan kemudian berkemas untuk kembali ke Malang lalu segera menuju Ranu Pane. Iya, Ranu Pane. Itu loh, desa terakhir untuk memulai pendakian ke Gunung Semeru. Pada hari yang sama sepulangnya kami dari Pulau Sempu, kami akan langsung memulai pendakian di Gunung Semeru. Terdengar gila untuk pendaki pemula seperti kami? Mungkin ya, mungkin tidak. Nantikan kisah selanjutnya ya. (NE)
|
Archives
July 2016
Categories
All
|